Cinta sejati itu identik dengan
sepasang kekasih yang saling mencintai satu sama lain. Kalau happy ending, ya menikah dan punya
keturunan. Kalau sad ending, ya mati
salah satu. Did you know? Itu cuma ada di dalam drama. Kenyataannya, hidup ini
tak seindah drama.
Sebagai manusia, aku pun pernah
jatuh cinta. Tapi, mungkin aku saja yang jatuh cinta. Perkara dia juga jatuh
cinta padaku atau tidak, cuma dia dan Tuhan yang tahu. Baru setahun aku
mengenalnya. Banyak hal yang tidak ku ketahui tentang dia. Namun, setiap hari,
selalu ku selipkan namanya di dalam setiap doa. Berharap doaku membuat cinta
kami abadi. Aku sempat merasa hidup ini seindah drama.
Namun, aku baru sadar, ternyata
kisah jatuh cintaku ini tak layak untuk dibuat menjadi sebuah drama. Dia hanya
manusia yang mudah berubah. Aku saja yang terlalu yakin memilihnya. Aku pun
mulai meragukan ketulusannya. Sebab, ia tak lagi sehangat dulu. Semuanya berakhir
ketika aku mulai takut kehilangannya. Tadinya, kupikir dia yang disebut cinta
sejati. Tapi aku salah besar. Setelah aku menyudahi cerita itu, dia tidak
pernah lagi memedulikan aku. Bahkan, dia bercerita bahwa sekarang dia menemukan
cintanya yang baru.
Kuakui, waktu itu aku sangat
terpukul. Tapi, aku tak dapat menyalahkan siapa pun, kecuali diriku sendiri. Menjijikkan
sekali aku ini. Harusnya aku sadar dari dulu. Cinta sejatiku hanya milik Tuhan.
Tuhanlah yang selalu menjaga dan memberiku segalanya. Tapi, aku justru sering
melupakannya. Bahkan, aku sering lupa untuk bilang terima kasih karena telah
menciptakan sosok yang paling berharga di dunia ini, ibuku.
Dulu nenekku pernah bercerita. Waktu
masih berusia 8 bulan, aku sempat sakit parah. Berbagai usaha sudah dilakukan
untuk kesembuhanku. Namun, Tuhan belum mengizinkanku sembuh. Sampai akhirnya, ibuku
berdoa pada-Nya agar memindahkan penyakitku padanya. Ternyata, Tuhan mengabulkan
permintaan ajaib ibuku. Setelah aku sembuh, ibuku sakit berbulan-bulan. Tapi,
ia bertahan dan Tuhan pun memberinya kesembuhan.
Harusnya, orang yang kudoakan
setiap hari itu ibuku. Sebab, dialah orang yang dikirim Tuhan untuk berada di
sampingku, menjagaku, memelukku, dan mengusap air mataku saat aku tersakiti.
Dia adalah orang yang rela menukar apa pun miliknya untuk kebahagiaanku. Ia
bekerja keras membantu ayah supaya aku menjadi sarjana. Bahkan, beberapa bulan
yang lalu, ia rela tidak tidur berhari-hari karena menjagaku waktu sakit. Tak
ada yang setulus itu mencintaiku. Tapi, apa yang sudah kuberikan padanya?
Jika kujabarkankan semua hal yang
telah dilakukan ibu untukku, tentu 1 rim kertas tak akan cukup untuk
menuliskannya. Tak ada yang bisa kulakukan untuk membalas ketulusannya dalam
mencintaiku, selain mendoakannya. Aku selalu berharap ibuku diberi umur
panjang, supaya dapat menyaksikan kesuksesanku kelak.
Dear God, terima kasih telah
mengirimkan malaikat untukku. Aku percaya, Kau selalu melihat dan mendengar
doa-doaku. Ku mohon jaga ayah dan ibuku! Berikan mereka kebahagiaan dan umur
yang panjang! Sediakan surga yang indah untuk mereka kelak!
0 komentar:
Posting Komentar